3. Zoom Perspective
Pemilik rumah adalah orang yang memiliki preseden baik tentang makna sebuah rumah ketika mereka tinggal di lingkungan perkampungan. Setelah mereka harus pindah rumah ke dalam komplek perumahan, mereka merasakan ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang hilang itu adalah aspek hubungan sosial yang begitu kuat antar warga yang tinggal perkampungan. Suasana kekeluargaan, saling membantu antar tetangga, saling gotong royong serta ruang bermain bersama untuk anak-anak mereka. Sedangkan perumahan menawarkan sesuatu yang eksklusif, individualistis serta kurang welcome antar sesama tetangga. Di satu sisi klien harus tinggal di lingkungan perumahan, di sisi yang lain klien ingin tetap merasakan atmosfir tinggal di perkampungan. Dari situlah muncul konsep sebuah rumah 'kampung' namun modern.
1. Normal Eye View
Konsep rumah kampung yang kita masukkan ke dalam rancangan antara lain, ruang bermain bersama untuk anak-anak kecil, desain rumah tanpa pagar serta bentukan arsitektur yang sederhana. Dengan tidak adanya pagar serta kanopi carport, rumah ini jadi lebih welcome dan terbuka, persis seperti rumah yang ada di perkampungan. Halaman luas yang biasanya ada di rumah-rumah perkampungan di wakili oleh taman terbuka (communal space) berlantai decking. Pemilihan kayu decking sebagai material lantai communal space lebih dikarenakan mudahnya perawatan. Bila musim penghujan tidak perlu mencabuti rumput liar yang tumbuh, serta bila musim kemarau tidak berdebu.
5. Communal Space View 2
Communal Space tersebut merupakan wadah bagi anak-anak kecil untuk bermain bersama. Untuk membuat anak-anak kecil tersebut lebih nyaman dalam bermain bersama pada siang hari, maka di berilah ruang untuk pepohonan. Pohon-pohon tersebut di buatkan tempat/lubang khusus yang ditata secara acak. Pohon-pohon tersebut menjadi peneduh bila ada anak-anak yang bermain di siang hari. Bila sore hari communal space bisa di pakai sebagai teras rumah, pemilik bisa duduk-duduk santai sambil bercengkrama dengan anak dan istrinya, tetanggapun boleh ikut nimbrung. Dari hal-hal kecil seperti itulah klien mencoba membangun suasana kampung dalam lingkungannya yang baru.
2. Bird Eye View
Dari segi desain, rumah ini memang sengaja
tampil sederhana. Permainan roster berwarna abu-abu tanpa di cat, selain
berfungsi sebagai pori-pori rumah juga mengingatkanklienkepada rumah kampungnya yang dulu. Sebuah memori
yang tidak ingin dilupakan olehklien. Bentukan atap pelana juga mengadopsi
bentukan atap rumahnya yang terdahulu, namun sekarang tampil lebih modis.
Keinginanklienuntuk memiliki rumah yang asri, coba Kami akomodasi
dengan membuat taman vertikal. Dinding ruang tamu Kita jadikan sebagai media
untuk tanaman rambat, jadilah rumah ini tampil asri.
7. Ruang Keluarga
Desain interior rumah ini berusaha mendekatkan pemilik dengan lingkungan, issue green menjadi penekanannya. Tema tersebut selaras dengan behaviour dengan kehidupan masyarakat kampung yang akrab dan sangat menghormati lingkungan. Pemanfaatan material seperti meja ruang tamu yang di ambil dari 3 potongan akar pohon jati dengan batang kecil tanpa di finish, dinding rumput sintetis vertikal sebagai backdrop area ruang keluarga dan tangga, serta ranting pohon kering yang telah mati dengan sistem finishing plitur kayu menjadikan interior rumah ini lebih humble dan bersahabat dengan lingkungan. Kami mencoba membawa kembali memori tentang sejuknya kampung yang mengingatkan klien akan tanaman padi dan pepohonan yang rindang di desanya yang dulu.
Nama Proyek: A House With Communal Space
Lokasi Proyek: Citra Indah, Jakarta Timur
Luas Tanah/Bangunan: 144/153 m2
Nama Klien: Bpk. Andre
Tahun: 2012
Arsitek: Andy Rahman. A, ST. IAI
Desainer Interior: Anindita Caesarayi Putri, ST