1. Eksterior View Siang
the dialecticsless budget but more benefits. low cost but hi values.
simple but smart. efficient but optimal.
individual but
communal...
Rumah kost
yang berlokasi di Keputih, Surabaya Timur ini dirancang berdasarkan prinsip Less but More, yang bisa dijabarkan
sebagai Less Budget but More Benefits:
sebuah tempat kost yang dirancang dengan biaya rendah, tetapi tetap tampil
dengan baik dan memberi banyak manfaat, baik bagi pemilik maupun penggunanya.
Di daerah Keputih - yang berdekatan dengan beberapa kampus di Surabaya Timur - banyak
sekali muncul rumah-rumah kost baru seiring banyaknya permintaan. Jadi, untuk
membuat tempat kost baru yang laku dan diminati oleh para penyewa, harus dibuat
sesuatu yang berbeda dan lebih unggul dibanding dengan tempat kost yang lain.
Pendek kata, desain harus tetap dijaga kualitasnya meskipun dengan budget yang rendah dan terbatas. Desain rumah
kost ini sekaligus ingin membuktikan bahwa karya dengan kinerja dan mutu yang
baik tidak harus mahal, kuantitas tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas.
11. Ruang Komunal
Konsep Less Budget dipakai karena memang bangunan
ini berbiaya rendah dan sekaligus dengan biaya pemeliharaan/perawatan bangunan yang
rendah juga. Hal tersebut berdasar pada dua isu yang sejak awal sudah diusulkan
oleh klien, yaitu: pertama, efisiensi budget
pembangunan; kedua, low-maintenance
dengan serendah mungkin biaya perawatan bangunan. Klien tidak mau biaya pembangunannya
membengkak, dan tidak mau lagi direpotkan dengan urusan pemeliharaan bangunan
yang tentunya juga tidak murah.
Kedua isu
itu kemudian dijawab oleh arsitek dengan membuat tampilan dari material unfinished yang hadir secara apa
adanya, antara lain menggunakan dinding bata, roster dan juga semen plester,
semen aci dan semen roll. Semua
material itu tampil sesuai warna dan karakter aslinya, tanpa dicat. Dengan
begitu, biaya bangunan ini bisa ditekan, termasuk biaya pemeliharaannya karena
tidak perlu melakukan pengecatan ulang. Di bagian depan bangunan, pintu pagar
menggunakan expanded metal sheet dan
pagar dari roster, sehingga makin menambah kekuatan tampilan bangunan untuk
hadir secara jujur, lugas dan tanpa polesan.
Di samping
itu, ada satu isu lagi yang juga diusulkan oleh klien, bahwa rumah kost ini
harus mengoptimalkan penggunaan lahan, kebutuhan ruang begitu banyak, sementara
lahannya sempit. Karena murni sebagai bangunan yang berorientasi bisnis, paling
tidak harus bisa menampung 13 (tiga belas) kamar dalam dua lantai bangunan,
lengkap dengan semua fasilitas penunjangnya. Maka arsitek membuat enam kamar di
lantai 1 dan tujuh kamar di lantai 2 dalam konfigurasi tipikal untuk menjawab
optimalisasi lahan.
Kesehatan
dan kenyamanan penghuni kost tetap menjadi acuan utama. Dengan membuat communal space yang berfungsi sebagai
tempat sosialisasi dan saling berinteraksi dari para penghuni kost, yang secara
visual membuat penghuni yang berada di dalam kamar merasa lebih lega (tidak
terkungkung). Communal space ini juga
sebagai halaman dalam yang membuat pergerakan angin menjadi lebih mudah dan
pencahayaan menjadi lebih optimal.
Masih
ditambah juga dengan cross ventilation
yang memungkinkan sirkulasi udara keluar masuk kamar secara lebih leluasa. Hal
ini dibuat dengan cara menarik dinding kamar lebih masuk ke dalam sejauh 80 cm
dari dinding samping bangunan, sehingga kamar-kamar tersebut masih berhubungan
dengan ruang luar di bagian depan dan belakang, maka angin bisa dengan mudah berhembus
melewatinya.
Jadi, rumah
kost ini tidak hanya mengutamakan kuantitas kamar dan mementingkan prinsip
ekonomi belaka, tetapi juga sangat memperhatikan kualitas termasuk kesehatan,
keamanan dan kenyamanan penghuninya. Bahkan, sampai pada kepentingan sosial dan
pergaulan para penghuni tersebut.
13. Ruang Komunal
Communal space yang berada di lantai 1 difungsikan
sebagai ruang bersama, merupakan penyeimbang dari kamar-kamar yang bersifat
individual (pribadi). Pada kebanyakan rumah kost, communal space ini biasanya kurang mendapat perhatian, hanya dengan
menggunakan ruang sisa dan tidak memperhatikan kesehatan dan kenyamanan para penghuni
kost, lagipula tidak direncanakan secara khusus dari awal perancangan.
Communal space ini menjadi more benefit atau nilai lebih yang terkuat dan paling menarik dari
rumah kost ini. Dengan adanya communal
space ini, bisa dipakai untuk berbagai macam kegiatan secara bersama oleh
penghuni kost, mulai dari mengerjakan tugas kuliah, bersantai, berdiskusi, ngobrol,
belajar, berinteraksi, melakukan permainan dan kegiatan yang lain. Communal space ini dibuat terbuka (tidak
menggunakan atap) karena sekaligus sebagai penghubung antara lantai bawah dan
lantai di atasnya. Juga dilengkapi dengan wi-fi, sehingga penghuni lebih mudah mencari
informasi dan melakukan komunikasi virtual dengan kolega, keluarga dan teman-temannya.
Selain communal space di lantai 1, juga ada communal space di lantai paling atas (rooftop) yang terbuka. Lantai paling
atas ini berfungsi sebagai ruang cuci-jemur dan untuk meletakkan tandon air
atas, dan masih menyisakan ruang yang cukup leluasa untuk bersantai, bercengkerama
atau bermain gitar pada sore hari ketika matahari sudah tidak terlalu panas
hingga malam hari. Lantai rooftop
yang terbuka diberi hamparan kerikil yang merata untuk mengurangi panas pada
ruangan yang berada di bawahnya.
6. Parkir Sepeda Pancal
Unsur yang
kuat pada tampilan Rumah Kost ini ada di beberapa bagian dindingnya yang berupa
roster, memberi kesan acak atau disorder
untuk memecah kekakuan antar elemen desain. Roster dibuat berbentuk bujur
sangkar yang dibagi menjadi empat bagian, dari empat bagian tersebut ada yang
tertutup (dengan cara ditutup semen) dan ada yang dibiarkan terbuka dengan pola
random. Roster ini dibuat custom (khusus hanya untuk rumah kost
ini), tidak akan dipakai untuk rumah atau bangunan yang lain.
Yang juga
menjadi nilai lebih bagi tempat kost ini adalah penggunaan elemen grafis di
beberapa tempat yang dianggap strategis, seperti di meja Communal Space, di dinding ruang tangga, sampai di dinding tempat
parkir. Penggunaan elemen grafis yang berupa tulisan yang menarik ini untuk
memberi semangat kepada para penghuni kost yang rata-rata adalah mahasiswa,
agar mereka tetap konsisten dengan komitmen untuk menyelesaikan proses
belajarnya, juga menjadi pengingat agar para penghuni berhati-hati dan menjaga
diri dalam melakukan kegiatan sehari-hari mereka.
Lalu,
masih ada satu hal lagi yang memberi nilai khusus bagi rumah kost ini, yaitu
tersedianya tempat parkir untuk sepeda. Dengan demikian, tempat parkir tidak
melulu untuk sepeda motor saja seperti pada tempat kost lainnya, namun sepeda
(baca: sepeda angin/sepeda pancal)
juga mendapat tempat yang layak dan diberi sandaran dari pipa besi untuk
meletakkan sepeda dalam posisi tegak.
20. Kamar Tidur Tipe A
Bagian interior
rumah kost ini juga dibuat berdasar konsep Less
but More (Less Budget but More Benefits),
yang simple namun tetap memberikan
nilai lebih. Perabot seperti tempat tidur, meja-kursi dan almari terbuat dari material
kayu bekas peti kemas (dengan konsep recycle)
yang disesuaikan dengan suasana ruang dalam yang berkarakter lugas. Dengan
demikian, antara interior dan eksterior pada bangunan ini bisa menyatu dan selaras,
karena perabot di luar kamar, seperti meja dan kursi di communal space juga memakai kayu bekas peti kemas, demikian pula
dengan pintu-pintu kamarnya. Untuk mengimbangi warna-warna yang natural dari
beton dan kayu, maka pada beberapa bagian diberi warna yang mencolok sebagai
aksentuasi. Pada salah satu sisi dinding yang polos, ditambah dengan permainan
pola dan warna, yang membuat ruang-ruang kamar memiliki sedikit sentuhan disorder untuk memecah kekakuan.
Nama Proyek:Rumah Kos Keputih Jilid 2
Lokasi Proyek:Bumi Marina Mas Blok E/57, Keputih, Sukolilo, Surabaya
Luas Tanah/Bangunan:120/250 m2
Tahun Perencanaan:2014
Tahun Konstruksi Selesai:2015
Arsitek Prinsipal:Andy Rahman. A, ST. IAI
Arsitek:Imam Prasetyo, ST
Desainer Interior:Anindita Caesarayi Putri, ST
Teks:Anas Hidayat
Foto:Mansyur Hasan